Selasa, 28 Desember 2010

Diuretik

Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Secara normal,reabsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasoperin (hormon anti diuretik,ADH).Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretik bukan ‘obat ginjal’, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urine (dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal.
Dengan demikian yang dapat digunakan secara terapeutik hanyalah kemampuannya untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme. Pengaruhnya terhadap proses transport hanya seakan-akan saja khas terhadap ginjal. Karena konsentrasi diuretika pada saat melewati nefron meningkat dengan hebat, maka efeknya pada ginjal (efek diuretik) dibandingkan dengan efek pada organ lain, dominan.
Pengembangan baru saluretika berkhasiat tinggi menyebabkan preparat lama umumnya sudah kadaluarsa. Ini terutama berlaku untuk preparat yang mengandung simplisia dengan minyak atsiri, senyawa raksa atau turunan xantin. Juga osmodiuretika dan inhibitor karbonanhidratase sudah jarang digunakan kecuali untuk indikasi khusus tertentu.


Mekanisme Kerja Diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
1 . Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2 . Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensas ijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3 . Interaksi antara obat dengan reseptor


Indikasi Diuretic dan Kontra Indikasi
Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid( Corzide® )
- Indikasi:
edema, hipertensi
- Kontra indikasi:
hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
- Bentuk seduan obat :
tablet
- Dosis :
edema dosis awal 5-10mg sehari atau berselang sehari di pagi hari dosis pemeliharaan 5- 10mg 1-3 kali seminggu. Hipertensi 2,5 mg pada pagi hari.
- Efek samping :
hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia,
hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
- Peringatan :
Dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai;
mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria

2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )
- indikasi :
edema, hipertensi, diabetes insipidus.
- kontra indikasi :
sama dengan bendroflazid
- Dosis :
edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50mg pada pagi hari.
- Bentuk sediaan obat:
tablet

3. hidroklorotiazid
- indikasi :
edema , hipertensi
- kontra indikasi :
sama dengan bendroflaz
- Dosis :
edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari.
- Bentuk sediaan obat :
tablet.

Diuretik kuat
1.Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )
- Indikasi:
edema pada jantung, hipertensi
- Kontra indikasi:
gangguan ginjal dan hati yang berat.
- Bentuk sediaan obat:
tablet, injeksi, infus.
- Dosis :
oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien.
- Efek samping:
Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi kulit.
- peringatan :
dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan
menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat;porfiria.

Diuretik hemat kalium
1 . Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )
- Indikasi:
edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid.
- Kontra indikasi:
gangguan ginjal, hiperkalemia.
- Bentuk sediaan obat :
tablet.
- Dosis :
dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20mg sehari.Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari.
- Efek samping:
Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.
- Peringatan :
Dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; usia lanjut.

2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®, Sotacor®, Carpiaton®)
- Indikasi:
edema, hipertensi.
- Kontra indikasi:
gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan danmenyusui, penyakit adison.
- Bentuk sediaan obat :
tablet.
- Dosis :
100-200mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3 mg/kg
dalam dosis terbagi.
- Efek samping:
Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam
kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia, hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.
- Peringatan :
dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.


Klasifikasi Diuretik

Ada beberapa jenis diuretik yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam pengobatan pasien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah :
1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja:
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).

5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.


Penggunaan klinik diuretik
1. Hipertensi
Guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun.
2. Payah jantung kronik kongestif
3. Udem paru akut
Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4. Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
5. Payah ginjal akut
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
6. Penyakit hati kronik
Spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
7. Udem otak
Diuretik osmotik
8. Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
9. Batu ginjal
Diuretik tiazid
10. Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
11. Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12. Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretika yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih (dan demikian juga dari air) diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni:

1.Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.

2.Lengkungan Henle. Di bagian menaik dari Henle’s loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transport Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.

3.Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5 – 10 %. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi K+.

4.Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

Efek Samping
Efek-efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah:
a. Hipokaliemia
b. Hiperurikemia
c. Hiperglikemia
d. Hiperlipidemia
e. Hiponatriemia
f. Lain-lain:
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.



DAFTAR PUSTAKA
1 . Katzung, Bertram G. 2004. Basic and Clinical Pharmacology. Prentice Hall.
2 . Mycek, Mary J. 2001. Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology. Limppincott.
3 . Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. ITB. Bandung.
4 . Tanzil, S. 1992. Catatan Kuliah Farmakologi I. EGC. Jakarta
5 . Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-obat Penting. Gramedia. Jakarta.


 
Heartless - Forbidden